Tuesday, January 8, 2008

Faktor yang menyebabkan seringnya terjadi pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal

Pada tahun 1950, setelah unitary dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem Demokrasi Liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk parlementer sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatan-kekuatan partai. Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau perorangan, yang tak satupun dari mereka mendapat lebih dari 17 kursi. Ini merupakan suatu struktur yang tidak menopang suatu pemerintahan-pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan.

Selama kurun waktu 1950-1959 sering kali terjadi pergantian kabinet yang menyebabkan instabilitas politik. Parlemen mudah mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap kabinet sehingga koalisi partai yang ada di kabinet menarik diri dan kabinet pun jatuh. Sementara Sukarno selaku Presiden tidak memiliki kekuasaan secara riil kecuali menunjuk para formatur untuk membentuk kabinet-kabinet baru, suatu tugas yang sering kali melibatkan negosiasi-negosiasi yang rumit.

Kabinet Koalisi yang diharapkan dapat memperkuat posisi kabinet dan dapat didukung penuh oleh partai-partai di parlemen ternyata tidak mengurangi panasnya persaingan perebutan kekuasaan antar elite politik.

Semenjak kabinet Natsir, para formatur berusaha untuk melakukan koalisi dengan partai besar. Dalam hal ini, Masjumi dan PNI. Mereka sadar betul bahwa sistem kabinet parlementer sangat bergantung pada basis dukungan di parlemen.

Penyebab kabinet mengalami jatuh bangun pada masa demokrasi liberal adalah akibat kebijkaan-kebijakan yang dalam pandangan parlemen tidak menguntungkan Indonesia ataupun dianggap tidak mampu meredam pemberontakan-pemberontakan di daerah. Sementara keberlangsungan pemerintah sangat ditentukan oleh dukungan di parlemen.

7 comments:

Erline said...

Thx.. Atas artikel-nya ..
Saya benar2 mebuuhkannya..

Unknown said...

Mantep gan,,, lanjut baca
http://dwisnuaji.blogspot.com/

ARYA NUGRAHA "@yak_arya_nugraha" said...

Udah 11 tahun tulisa ini, aku masih sd

Aiswara Denisya Ramadhani said...

Mantap mantap

Bagiinfo said...

Artikel nya dibuat wktu aku umur 4 tahun sampe aku skrng smk 😁

Nisrina Nur Fitria XII AKL 2 said...
This comment has been removed by the author.
hamaadcada said...

JSTOR, Inc. Announces Its 2021 Annual - JDH Hub
JSTOR, Inc. Announces 당진 좜μž₯μ•ˆλ§ˆ Its 2021 λ‚˜μ£Ό 좜μž₯λ§ˆμ‚¬μ§€ Annual Annual Conference JSTOR, Inc. μ„œμ‚° 좜μž₯μ•ˆλ§ˆ Announces Its 2021 Annual Conference μˆ˜μ› 좜μž₯샡 JSTOR, Inc. Announces Its μ•ˆμ„± 좜μž₯μ•ˆλ§ˆ 2021 Annual Conference JSTOR, Inc. Announces Its